Nilai tukar rupiah mengalami pelemahan signifikan pada 29 Agustus 2025, menembus level Rp16.945 per dolar AS, terendah sejak awal tahun. Faktor utamanya adalah meningkatnya kekhawatiran global atas perlambatan ekonomi China serta kebijakan moneter agresif dari The Fed.
Menanggapi hal ini, Bank Indonesia (BI) menyatakan akan melakukan intervensi ganda di pasar valas melalui penjualan dolar AS di pasar spot dan pembelian surat utang negara (SBN). Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan BI akan menjaga stabilitas ekonomi nasional dan melindungi cadangan devisa.
Melemahnya rupiah berdampak pada sektor impor, termasuk bahan baku industri dan pangan, sehingga memicu potensi inflasi. BI juga mengimbau pemerintah daerah dan pelaku usaha untuk memperkuat ketahanan pangan serta mempercepat penggunaan rupiah digital yang sedang diuji coba.
Ekonom senior menilai, langkah BI harus dibarengi kebijakan fiskal yang lebih agresif, seperti insentif ekspor dan penguatan sektor pariwisata untuk menambah devisa. Jika tidak, pelemahan rupiah bisa menekan daya beli masyarakat dan memicu perlambatan ekonomi.

Leave a Reply